oleh : majenis panggar besi
aku berjalan menujumu, tapi tak ketemu. Aku pulang dan kulihat kau telah menggenangi lantai kamar. Bahagia mataku, bergembira pendengaranku. Tapi tidak hati dan lautan di dada dan kepalaku. Kepalaku semakin laut saja.
aku berjalan menujumu, tapi tak ketemu. Aku pulang dan kulihat kau telah menggenangi lantai kamar. Bahagia mataku, bergembira pendengaranku. Tapi tidak hati dan lautan di dada dan kepalaku. Kepalaku semakin laut saja.
Matahari semakin tinggi, menguapkanmu. Aduh, Shine Shine. Kapan sih kamu
berhenti jadi perahu ? Aku lelah menjadi laut melulu, tempatmu
berlayar, membuang sauh, dan bersandar.
Siang. Dadaku berdering menerima panggilanmu.
Siang. Dadaku berdering menerima panggilanmu.
Kau dimana, kataku.
Aku tersangkut di
pagar, katamu.
Ah, dari sanalah semua bermula Shine. Pagar itulah yang
melahirkanmu.
Pagar sialan, aku juga tersangkut dan tak bisa melepaskan
diri. Padahal niatku adalah membebaskanmu. Tapi belakangan aku jadi
curiga dengan diriku sendiri, jangan-jangan aku sengaja membuat diriku
tersangkut. Supaya bisa bersamamu.
Sore. Angin menderu-deru. Kita berkibar dihembus-tiupkan angin. Aku meniupmu dengan nafasku. Kau tetap menggenang. Bergelung dalam cangkir, berharap dapat kureguk tanpa di angin-anginkan (1). Aku menarik nafas, lalu sadar bahwa udara ini telah penuh oleh dirimu juga, yang tengah mengepul dari genangan dalam cangkir. Aku menahan nafas. Selamanya. Tidak, maksudku selama-lamanya. Bukan bukan, yang sebenarnya ingin aku katakan adalah selama-lama-lamanya. Semampunya.
Bila kelak malam bertanya tentang hari ini, akan aku jawab, aku telah melawan.Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya (2). Meski tentu saja aku menikmatinya.
Sore. Angin menderu-deru. Kita berkibar dihembus-tiupkan angin. Aku meniupmu dengan nafasku. Kau tetap menggenang. Bergelung dalam cangkir, berharap dapat kureguk tanpa di angin-anginkan (1). Aku menarik nafas, lalu sadar bahwa udara ini telah penuh oleh dirimu juga, yang tengah mengepul dari genangan dalam cangkir. Aku menahan nafas. Selamanya. Tidak, maksudku selama-lamanya. Bukan bukan, yang sebenarnya ingin aku katakan adalah selama-lama-lamanya. Semampunya.
Bila kelak malam bertanya tentang hari ini, akan aku jawab, aku telah melawan.Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya (2). Meski tentu saja aku menikmatinya.
Munafik.
Hey,
siapa sih yang tidak munafik di dunia ini ?#ndlemingan.
1. Guri Ridola
2. Pramoedya Ananta Toer
Baru mampir udah suka sama tulisannya :)
BalasHapuswww.fikrimaulanaa.com
Tq udh sedia mampir :)
Hapus