Rabu, 16 April 2014

sebatas isyarat--rectoverso. @Dee

"Aku mulai berkisah,
tentang
satu sahabatku yang lahir di
negeri orang lalu menjalani
kehidupan keluarga imigran
yang sederhana. Setiap kali
ibunya hendak menghidangkan
daging ayam sebagai lauk,
ibunya pergi ke pasar untuk
membeli bagian punggungnya
saja. Hanya itu yang mampu
ibunya beli. Sahabatku pun
beranjak besar tanpa tahu
bahwa ayam memiliki bagian
lain selain punggung. Ia tidak
tahu ada paha, dada, atau
sayap. Punggung menjadi satu-
satunya definisi yang ia punya
tentang ayam.

Aku sampai di bagian
bahwa
aku telah jatuh cinta. Namun
orang itu hanya mampu
kugapai sebatas punggungnya
saja. Seseorang yang cuma
sanggup kuhayati
bayangannya dan tak akan
kumiliki keutuhannya.
Seseorang yang hadir
sekelebat bagai bintang jatuh
yang lenyap keluar dari bingkai
mata sebelum tangan ini
sanggup mengejar. Seseorang
yang hanya bisa kukirimi
isyarat sehalus udara, langit,
awan, atau hujan. Seseorang
yang selamanya harus
dibiarkan berupa sebentuk
punggung karena kalau sampai
ia berbalik niscaya hatiku
hangus oleh cinta dan siksa.

…Sahabat aku itu
adalah
orang yang berbahagia. Ia
menikmati punggung ayam
tanpa tahu ada bagian lain. Ia
hanya mengetahui apa yang ia
sanggup miliki. Aku adalah
orang yang paling bersedih,
karena aku mengetahui apa
yang tidak sanggup aku
miliki”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar